Butuh minimal 2% jumlah
enterpreneur di sebuah negara untuk di katakaan negara tersebut maju. Sedangkan
di Indonesia sendiri kita baru mempunya 0.08% entrepreneur. Amat jauh bukan
untuk dapat predikat Negara Maju. Namun era sekarang, banyak anak muda atau
orang tua sekalipun yang berbondong-bondong beralih profesi menjadi
entrepreneur. Mungkin banyak berbagai macam alasan untuk mereka menjadi
entrepreneur ada yang himpitan ekonomi, PHK dari tempat perusahaannya bekerja.
Atau bahkan memang kesadaran sendiri agar hidupnya tidak jadi bagian rencana
orang lain.
Saat memulai sebuah
usaha biasanya orang itu takut dalam dua
hal yaitu resiko dan persaingan pasar. Ya memang kita harus waspada dalam 2 hal
tersebut tapi jangan karena 2 hal tersebut nyali kita jadi pengecut dan tidak
segera action dalam membuka usaha.
Menunda-nunda bukanlah mental seorang pengusaha. Ada beberapa cara
membantu dalam menghadapi persaingan entrepreneur.
Mungkin pikiran di
pengusaha yang baru merintis adalah persaingan harga. Semakin murah harga nya
mungkin akan semakin banyak juga pembelinya. Ternyata tidak, kita contoh aja
Operator telpon seluler ternyata yang murah itu kualitasnya kurang baik malah
bisa dikatakan murahan. Sinyal nya SOS di daerah-daerah terpencil mereka hanya
memenangkan murahnya saja. Namun konsumen lebih cerdas memilih biasanya banyak
dari mereka lebih memilih “agak” mahal sedikit tetapi kualitas bagus daripada
murah tapi kualitas jelek.