Aku belum seutuhnya memilikimu

by - 9:04 AM

“Kita ini sebenernya apa?“

“Ada kata kita diantara kamu dan aku sekarang, tapi aku tak mengerti maknanya?"

Ternyata ada kata kita saja tidak cukup. Karna ada Allah yang membolak balik hati seseorang. Bisa hari ini kamu terlalu senang kepadaku, kita mengobrol via chat hingga larut, berbagi kisah hari ini. Kamu yang sering bercerita tentang kegiatan sehari-hari, aku cukup mendengar dan menanggapi. Bukan, bukan aku tak mau berbagi, cuma aku memang kurang suka bercerita kepada yang lain, aku lebih suka mendengarkan dan menanggapi. 

Sesekali aku bercerita kepadamu, tapi aku takut kamu bosan, jadi aku menceritakan secukupnya saja. Dan sepertinya membaca responmu yang cukup singkat dan jelas itu menunjukkan sikapmu terhadap ceritaku. Apa kalau aku sedang cerita kamu tertarik? Ku harap begitu. Kepada yang lain pun aku sama, aku jarang bercerita kehidupanku, seringnya menanggapi cerita mereka.

Aku masih terbiasa dengan pola hidupku yang lama, terbiasa mengambil keputusan sendiri, terbiasa jarang berbagi dengan orang yang baru, terbiasa menjalani aktivitas tanpa harus ada yang dikabari. Karena selama ini aku masih merasa paling terbaik tempat berbagi adalah keluargaku. Semoga dikemudian hari bertambah kamu, sayang.

Bisa esok hari kau lupa padaku, dengan membalas chat singkat atau hilang. Mungkin tidak ada yang menarik di perbincangkan hari ini atau kau sibuk dengan pekerjaanmu. Entahlah... Aku tidak mau banyak berasumsi. Begitu seterusnya perjalanan cerita kita hingga kini... Kadang perbincangan kita menarik, kadang perbincangan kita tidak berarti, hingga beberapa lama kita jalani sampai saat ini. Aku bingung apa aku harus bertanya kepadamu? Aku harus bagaimana? 

"Kamu kenapa?" "Ada apa?" "Maunya gimana?“ tapi aku urungkan niat bertanya ini dalam - dalam. Karna sekali lagi aku belum punya hak apa-apa atas dirimu. Aku takut terlalu ikut campur dalam urusan pribadimu. Karena sekali lagi aku tau, aku bukan siapa-siapa. Aku masih mencoba jaga perasaan ini, masih aku gantungkan kepada yang memberikan perasaan. Kadang, beberapa kata yang terlontar dari mu butuh waktu cukup lama mengartikannya, ini maksudnya apa? Kadang aku kurang paham. Tapi ya sudah, aku tak akan terlalu memikirkannya, yang aku tau yang terlontar darimu maksudmu pasti baik. Semoga begitu. 

Iya, kita memang punya tujuan yang sama. Suka berbagi cerita, suka bertukar pikiran, suka berandai-andai masa depan kelak, dengan sedikit merancang nanti kita mau bagaimana. Lucu ya... Kita baru kenal belum lama sudah memperbincangkan masa depan? Itu karena apa ya? Apa karena kita sama saling percaya? Aku tidak tau jawaban pastinya. 

Tapi kadang semua ini belum pasti, karna kita masih belum siapa-siapa dalam arti yang sebenarnya. Masih banyak kemungkinan yang terjadi di masa depan tentang kita, mungkin senang mungkin tidak. Tapi aku selalu berdoa agar kita diberikan yang terbaik semuanya, semoga yang terbaik dari Tuhan untuk kita adalah kebersamaan. Walaupun aku tidak tahu doa yang kamu panjatkan setiap hari seperti apa isinya. 

Kita ini masih sama-sama ada yang miliki. Sama-sama masih dimiliki Allah sebagai individu. Belum sebagai pasangan. Kadang aku takut dan ragu. Apa iya kita jadi? Apa benar yang kamu utarakan itu, akan terwujud kelak? Apa sudah pasti memilih aku untuk bersama? Apa iya kita akan merancang masa depan tanpa bayangan masa lalu? Apa iya rencana kita akan dikabulkan?

Terlalu banyak pertanyaan semakin membuatku pusing karena aku tidak tahu jawabannya. Dan semakin banyak pertanyaan semakin membuatku menjadi pribadi yang lalai, karena aku lupa semua sudah ditetapkannya oleh yang Maha Mengetahui. Jadi untuk apa aku risau? Toh semua sudah diatur 50ribu tahun sebelum dunia diciptakan bukan?

Ya sebenernya jika dipikirkan dengan tenang semua itu bakal ada jawabannya, tinggal waktu yang menjawab dan kita pasrahkan kepadaNya. Yang penting kita sudah melakukan yang terbaik sesama. Selalu ada take and give dalam cerita kita tidak melulu tentang aku tidak melulu tentang kamu. Sederhana kelihatannya, tapi tidak dengan menjalaninnya. Aku ini manusia, manusia yang diciptakan sebagai wanita, wanita yang biasanya memikirkan segala sesuatu menggunakan perasaan hal utama. Kadang masih terpikirkan hal-hal yang diluar angan. Jadi mohon pengertian, jika perasaanku lebih sensitif dari biasanya. 

Sekarang tugasku satu, memperbanyak doa dan menyerahkan semua ini kepadaNya, semoga perasaanku tidak terlalu ikut berlarut di dalam cerita kita, sebelum semua terlihat jelas dan menjadi nyata. Walaupun sepertinya sudah tercampur cukup dalam. Apa kamu mau mempermanis? Ku harap begitu. 

-Tertanda Aku 


You May Also Like

0 komentar

Instagram